Cinta yang
lahir dari kejujuran dan kesabaran. Itulah kiranya hal yang ingin disampaikan film ini. Kisah
seorang ayah penderita cacat mental dalam memperjuangkan hak-haknya demi
mendapatkan hak asuh penuh terhadap putrinya sendiri. Sam Dawson (Sean Penn),
seorang karyawan warung kopi yang setiap harinya bekerja paruh waktu untuk
menghidupi keluarganya. Suatu waktu istrinya yang sedang dirawat di rumah sakit
akhirnya melahirkan seorang putri cantik yang kemudian diberi nama Lucy Diamond
Dawson. Karena kesulitan untuk mengurus anak, Rebecca, istri Sam melarikan diri
dari rumah. Rebecca tidak ingin mengurus anak. Sam pun dengan terpaksa harus
merawat Lucy hingga dewasa.
Keseharian
Sam kini menjaga dan merawat Lucy dengan sebaik-baiknya. Tetangga Sam, Annie,
ikut membantu dalam merawat Lucy hingga berusia 6 tahun. Selama beberapa tahun,
Lucy bermain dan bergembira bersama Sam. Walaupun ayahnya yang cacat, Lucy
sangat bangga dan senang dengan kondisi ayahnya. Dimasukkanlah Lucy ke sekolah.
Suatu hari
Sam ingin memberikan kejutan ulangtahun bagi Lucy, disana terjadi tragedi.
Seorang teman Lucy berteriak saat Lucy hendak masuk rumah. Anak itu
mengungkapkan bahwa Lucy telah diadopsi oleh orangtua lain. Mendengar itu, Sam
terkejut dan seorang wakil dari Departemen orangtua dan anak segera bertindak
cepat tanggap. Sam akhirnya dibawa dan diperiksa oleh petugas departemen
orangtua dan anak.
Karena cacat
mental yang diidapnya, Sam akhirnya disidang karena dianggap tidak layak untuk
mengasuh seorang anak yang berusia 6 tahun. Beberapa saksi ahli saat persidangan, Sam dianggap tidak memiliki
persyaratan intelektual untuk menjaga dan memberikan pengajaran terhadap
anaknya sendiri, Lucy. Persidangan pun menjadi panas, hingga pada akhirnya
hakim memberikan kesempatan pada Sam untuk mencarikan pengacara demi merebut
kembali hak asuh terhadap anaknya. Selama pencarian dan proses perebutan
kembali hak asuk, Lucy dititipkan ke tempat pengasuhan orangtua angkat. Selama
itu pula Sama hanya bisa bertemu Lucy dua kali dalam seminggu, itupun hanya dua
jam saja.
Perjuangan
Sam akhirnya tercapai. Sam bertemu seorang pengacara, Rita Harrison (Michelle
Pfeiffer). Pengacara ini adalah rekomendasi teman-temannya. Awalnya Rita
Harrison begtu enggan menerima kliennya yang seperti ini. Karena merasa gengsi
dengan teman-teman pengacaranya, akhirnya Rita Harrison di suatu waktu menerima
dengan tak sengaja tawaran Sam untuk menjadi pengacaranya.
Pengadilan
berlanjut, Sam memilii pengacara. Beberapa minggu berlalu, beberapa saksi
didatangkan dan tak ada satupun yang mampu meyakinkan hakim untuk diberikan hak
asuh terhadap Sam. Suatu ketika, orang tua asuh Lucy selama persidangan, Randy
merasa kurang begitu bisa memberikan cinta yang sebenarnya dalam mengasuh anak.
Beberapa kali ia merasa gagal mengasuh karena setiap malam Lucy selalu kabur
dari rumah dan mendatangi apartemen milik Sam. Setiap malam itu pula Sam selalu
mengantarkannya balik ke rumah Randy. Akhirnya Randy pun menyerahkan hak asuh
kepada Sam. Bersamaan dengan itu, Randy menjadi saksi akhir di persidangan. Hak
asuh Lucy pun kembali diberikan dan diambil oleh Sam sebagai ayah asli. Sam
dengan kekuatan kejujuran dan ketabahannya berhasil merebut kembali buah hati
yang selalu ia sayangi dan bahagiakan. Begitupun dengan Lucy, bersama ayahnya
ia menjadi anak yang dewasa dan mengerti akan kondisi ayahnya. Lucy sangat
bahagia dan senang bersama ayahnya.
Film ini memberikan
hal-hal cinta dan kasih sayang yang hadir antara diri seorang ayah dan anak.
Nilai-nilai kecintaan itu tumbuh bersamaan dengan jiwa yang jujur dan sabar.
Nilai-nilai yang disampaikan melalui tokoh Sam dan Lucy. Bagaimana persahabatan
juga dapat memberikan warna tersendiri bagi kehidupan seorang Sam yang menjadi single parent di awal pengasuhan
anaknya. Film yang mengisahkan tokoh ayah ini begitu kental dengan aroma The
Beatles. Sam adalah ayah yang cacat mental tetapi begitu maniak dengan grup
musik asal Liverpool ini. Beberapa fragmen dialog, latar, dan musik latar diisi
dengan hal-hal yang berkaitan dengan The Beatles. Yang menarik, hampir seluruh
tema lagu film ini menggunakan musik dan lagu dari The Beatles.
Secara
keseluruhan semua pemeran tokoh dalam film ini begitu bagus dalam memainkan
peran, terutama hal ekspresi dan pendalaman karakter tokoh. Sean Penn
membuktikan itu dalam upayanya memerankan tokoh Sam. Alur cerita yang dibuat
berpotong-potong seakan-akan penonton dibawa ke dalam ruang imajinasi untuk
mengetahui jalan cerita pada setiap bagiannya. Pemasangan brand cameo pada film ini begitu cantik sehingga tidak mengganggu
esensi film ini. Untuk hal score yang
ditunggangi Hans Zimmer rasanya sangat menakjubkan dalam menjalankannya.
Ending cerita yang kurang begitu jelas
menjadikan film ini menjadi kurang menyentuh. Padahal akhirn cerita begitu akan
menyentak para apresiator dalam menerima film ini.
Film ini
sangat direkomendasikan sebagai tayangan keluarga, terutama seorang ayah dalam
memberikan pengasuhan pada anaknya. Beberapa fragmen menyindir para orangtua
yang kesehariannya kurang begitu bisa memberikan kasih sayang pada anaknya. Sebagai
tayangan keluarga, film ini sangat diremendasikan sekali. Selain keluarga, film
ini juga sangat layak ditonton seluruh usia karena sarat sekali dengan nilai
social dan kemanusiaan.***
Rizki Zakaria, penyuka film yang
hobi jajan. Kini menjabat sebagai ketua KaeSKa (Kajian Seni Katanya). Beberapa
film kesukaannya yakni Dead Poet Society, The Boy In The Striped Pyjamas,
Pursuit of Happiness, The Kite Runner, dan School of Rock.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar