Jumat, 21 Februari 2014

Wanita Misterius



Hari pertamaku mengajar adalah hari selasa. Selasa tanpa rokok tepatnya. Memangnya saya merokok? Ah, ini kan untuk siapapun warga Bandung. 

Seperti orang Indonesia di negeri Cina, aku menjadi orang asing sekarang. Menjadi bule. Kebetulan guru asli bahasa Indonesia belum pulang dari Srilanka, kabarnya. Sehingga hari ini jadwal mengajar belum ditentukan. Kami bertiga bersama Eka dan Mutia masih ngawur kesana kemari. Diam di perpustakaan dan sesekali berbincang dan basa basi. Ah, akhirnya panggilan untuk para praktikan PPL untuk segera mengikuti taklimat awal di ruang guru.

Kami bersembilan belas melangkah ke sumber suara. Yow! Kami memperkenalkan diri satu persatu di hadapan para guru SMPN 7 Bandung. Tegang dan sedikit canggung. 

“Salam kenal!” ujar kami
Selesai perkenalan itu saya berkenalan dengna bu Esih dan bu Amay. Hmm, taklimat selesai tetapi kami belum selesai.
“Siapa yang mau ikut ibu?” ajak bu Amay yang kelihatannya mau masuk ke kelas.

Aplaus



Pukul enam pagi seperti biasa aku selalu mengantarkan koran. Namun, hari ini berbeda dibandingkan hari-hari sebelumnya. 
Senin ini, aku harus bergegas untuk mengikuti upacara penerimaan para praktikan guru di SMPN 7 Bandung. Sebelum berangkat ke SMPN 7, aku harus mengerjakan tugasku sebagai peloper koran pagi ini. Tanggungjawab ini harus segera diselesaikan terlebih dahulu. 
Pada awalnya, aku ingin berangkat ke sekolah menggunakan angkutan umum dalam rangka mengatasi kemacetan. Ya, hitung-hitung membantu program pemerintah. Setelah dihitung-hitung ternyata aku harus mengejar waktu. 
Dengan berat hati, akhirnya aku putuskan untuk menggunakan sepeda motor merah miliki ayahku.  Hmmm, Berangkatlah aku. Wiiiiiing!

Rabu, 19 Februari 2014

Dua Manusia yang Berkenalan dengan Sekolah




Masih ada di benakku sebuah pertanyaan.

“Sekolah apa ini?” tanyaku pelan dalam hati

Setiap pukul enam tepat, ayahku selalu mengatarkanku ke sekolah. Kau tau sendiri, aku bukan orang yang jago untuk bangun pagi. Jangankan solat subuh, mandi pun kadang-kadang. Aaaargh! Kenapa di dunia ini harus ada sekolah!

Itulah kemarahanku di pagi hari ketika ibu dengan segala cerewet dan bawelnya membangunkanku lalu menyuruhku untuk mandi dan sarapan. Menjijikannya perintah itu!


Sudah pukul 6 pagi. Mataku masih berkunang-kunang. Aku tidak mandi lagi untuk hari ini. Dingin. Beuur!

Mobil melaju kencang menuju arah sekolahku. Jaraknya memang tak jauh dari rumah tetapi ayah selalu ingin mengantarkanku. Padahal aku sudah besar, tak perlu diantar lagi. Itulah ayahku yang selalu saja memanjakanku. Menambah kemalasanku bersekolah.

Kamis, 18 April 2013

Eksistensi Taman Kota


Kota Bandung adalah pusat pemerintahan Jawa Barat sekaligus trendsetter kota di Indonesia. Kehidupan kota Bandung memaksa masyarakat mengenal dengan hiruk pikuk kehidupan kota. Masyarakat harus memaksakan diri untuk mengenal gedung bertingkat, hotel, restoran mewah hingga teknologi informasi yang tersebar dimana-mana. Dari segala bentuk tadi terpaksa pula untuk dilestarikannya yang dinamakan taman kota. Suatu ruang terbuka hijau yang merupakan paru-paru kota juga berfungsi sebagai sarana rekreasi, edukasi, dan ekspresi bagi masyarakat kota.