Minggu, 14 April 2013

Dialog

Sore, 16.05 motor hitam berhentid I sebuah rumah yang telrihat cukup tua dengan berdirinya pohon jambu di depannya. Terparkir juga dua motor yang agak berjauhan dan satu mobil krem. Seorang ibu tua terlihat sedang mengantarkan sesuatu yang dibungkus plastic hitam kea rah  pintu rumah itu. Terbukalah pintu itu dan terlihat seorang ibu berjilbab keluar menghampiri sang ibu tua.
“Hatur nuhun, bu.”
“mangga”
“Bu, caina kiruh. Ieu kunaon?” tanya sang ibu tua
Duka atuh, bu”
Ibu tua pun kembali bergegas menuju rumahnya yang tepat di samping. Sementara kini lelaki yang membawa motor hitam mencoba masuk dan menyapa sang pemilik rumah.
“Bu, assalamualaikum”
“Iya, kak. Silahkan masuk”
Ibu itu menyapanya ramah. Motor segera diparkirkan bersebelahan dengan mobil krem. Lelaki itu masuk dan mulailah sebuah cerita.
_____
 “Ibu dan Rita sebenarnya numpang di rumah ini, kak”
“oh” sambil mengamati kondisi rumah yang tampak sepi.
“Rita, sini! Ini ada kakak!” ujar ibu
Datanglah Rita dari arah dapur, tepat sekali ke arah kakak. Rita menyalami kakak, kemudian menatapnya seperti mengajak bermain.
Rita adalah seorang anak kelas 6 SD yang beberapa minggu lagi akan menghadapai ujian nasional di sekolahnya. Rita sering sekali bermain hanya di rumah, di depan layar komputer. Ibunya terkadang mengkhawatirkan kehidupan Rita yagn seperti itu. Tapi apalah daya, Ibunya hanya bisa berusaha melarangnya tapi tak cukup kuat membuat Rita untuk mau bersosialisasi di luar.
Bukan tanpa alasan Rita menjadi seorang yang terlihat anti sosial. Rita memang bukan anti-sosial. Rita dan Ibunya memang sedang menumpang di rumah kakek. Rumah aslinya ada di salahsatu tempat yang bernama Parung di Bogor. Kini Rita dan ibu tinggal di Bandung, Rita pun merasa tak kerasan diam di Bandung sehingga ia malas untuk mengobrol dengan teman-teman sekitar rumah.
“Kak, Rita jarang mau main ke luar rumah.”
“Kerjaannya di depan komputer terus, kak”
“Oh, begitu. Kenapa, Rita?” Tanya kakak
“Disini malas, gak asyik. Teman-temanku gak pada bisa ngobrol dengan bahasa Inggris” jawab Rita polos
“Memang di Bogor ada yang bisa?” Tanya kakak lagi
……….
“ada, kak. Kalau di Bogor banyak yang bisa bahasa Inggris”
Rita selesai bercerita dan beranjak dari tempat duduk untuk mengambil gelas atas perintah ibunya. Tak lama, seorang laki-laki cukup dewasa dengan rambut kribonya keluar dari kamar.
“Nah, kak. Ini Bulan kakaknya Rita. Bulan kuliah di Unikom tetapi tidak dilanjutkan karena ketidakserasisan dan ketidakcocokan dengan kondisi perkuliahan disana” jelas ibu
“Berarti sekarang lagi libur, ya? Gak kuliah maksudnya”
“Iya, kak. “
_____

Rita datang membawa nampan dan gelas yang berisi yoghurt. Ibu membantu membawakan kue bolu manis untuk dihidangkan kepada sang tamu, kakak.
“Silakan, kak”
“Baik”
Pertanyaannya terus berlanjut. Kakak sebenarnya sudah agak kelimpungan untuk bertanya teatpi semangat bersilaturahim terus membara. Akhirnya pertanyaan datang juga di benaknya.
“Bu, dengar-dengar Rita bercerita katanya ayahnya Rita seorang jurnalis, ya?” Tanya kakak gugup
Kakak telah mengetahui bahwa ayahnya Rita sudah meninggal semenjak Rita usia 6 tahun. Sjeak saat itu pula Rita dan Bulan menjadi seorang anak yatim. Ayah Rita memang seorang jurnalis di berbagai media masaa mulai dari Tempo, Gatra, dan lain sebagainya. Pertanayan kakak hanya sebagai pemanas kegiatan obrolan agar bisa cair.
Ibu menjawabnya “Iya, kak. Dulu pernah bekerja di berbagai media. Padahal basicnya di jurusan elektro, kak. Mungkin karena sering berdiskusi di forum kebudayaan Fakultas Seni Rupa. Nah, teman-temannya itu ada yang di media sehingga beliau diajak untuk bekerja disitu. Kebetulan ayahnya Rita agak nyentrik dan seorang yang ngeyel, bisa dibilang”
Mata sang kakak tertuju pada cerita itu. Mulailah tersentuh. Baru saja mau mengajukan pertanyaan lagi, tiba tiba sang ibu bercerita.
“Kak, ayahnya Rita kuliahnya selesai di elektro tapi ibu, tidak. Ibu juga kuliah di ITB tetapi tidak selesai. Waktu itu baru tingkat dua keburu udah menikah. Jadi gakd iteruskan, kak.”
“Oh, begitu. Kalau ayahnya Rita kuliahnya diteruskan?”
“Kalau ayahnya Rita diteruskan di Komunikasi Unpad, cuma waktu itu kondisinya sedang mau ujian sidang. Segala macam lembar tesis sudah tertumpuk rapi. Kondisinya sudah siap. Sebelum hari H sidang, ayahnya Rita meninggal sehingga tak selesai. Kejadian itu berlangsung ketika Rita mau masuk kelas 1 SD. Mendengar kabar bahwa ayahnya Rita meninggal, pihak sekolah membebaskan biaya sekolah hingga akhir SD kelak”
Hati sang kakak semakin tersentuh dengan cerita itu. Lihat saja, momennya seakan sungguh menyayangkans ekali teapi apa daya itulah takdir Tuhan yang begitu indah menghampiri keluarga Rita ini. Kakak sebenarnya penasaran dengan penyebab kematian sang ayah. Karena menghargai dan gak sopan kalau dipertanyakan, akhirnya kakak memutuskan untuk tidak menanyakan pertanayan tersebut kepada sang ibu.
Kakak yakin bahwa hati sang ibu ketika menceritakan kisah itu ada sedikit catatan kesedihan. Gestur sang ibu pun terlihat berbeda dari sebelumnya saat menceritakan kisah yang lain. Ya, kondisi kini semakin panas dan cukup mengharukan.
(angin berkabut di langit, senja mulai datang)
Bandung, dua ribu tiga belas




Tidak ada komentar:

Posting Komentar