Minggu, 14 April 2013

Al Kindi dan Anak Lumpuh


Terlihatlah langit Bagdad yang terik dan gersang menghuni setiap sudut kota. Hawa siang ini begitu menyengat para penghuni kota tua ini. Dari pinggir kota terdengar suara jerit manusia dari sebuah rumah kecil. Tepatnya rumah tersebut beredekatan dengan rumahku. Jeritan yang baru kali ini aku dengar.
“Aaaaargh…!” teriak orang tersebut.
Aku seorang bangsawan. Jeritan itu sungguh menggangguku saat ini. Aku segera bangkit dari tempat dudukkku. Penelitian yang aku kerjakan segera aku tunda saja.
“Ayahku, jerit siapakah gerangan?”
“Entahlah anakku, itu jeritan warga yang mungkin sedang ditimpa ujian dari Allah.
“Mengapa kita tidak menolongnya?” tanyaku lagi
“Para tabib telah diberikan kewajiban untuk menolong orang itu” pungkas ayah.
Aku segera menuju kea rah tempatku kembali meneliti dan membaca buku. Tapi pikirku masih tertuju pada orang tersebut.

“Rasanya perasaanku masih belum bisa menerima dengan begitu saja seperti apa yang diungkapkan oleh ayahku tadi. Tabib memang memiliki tugas menolong orang tersebut.Apakah aku sebagai manusia juga tidak berhak mengkhawatirkan orang yang butuh pertolongan dikarenakan ada yang lebih bertanggungjawab?” aku terus bertanya.
Aku pun kembali melanjutkan penelitianku tentang cairan kimia ini.
“Campurannya berarti bukan yang tadi”
“Ya, ini betul”
Tiba-tiba seseorang dengan rasa cemas masuk ke dalam istana gubernur ini.
“Tolong, pak. Aku ingin mencari tuan Al Kindi. Aku sangat membutuhkan bantuan ihwal keilmuannya” ujarnya pasrah.
Al Kindi segera beranjak dari situ dan mendekati seorang pria tua tersebut. Ayahku juga menghampiri pria itu.
“Ada apa anda mencari anakku wahai orangtua?” Tanya ayah
“Pak Gubernur, sejak pagi hari anakku menderita kelumpuhan. Sejak itu pula aku mencari tabib-tabib yang hebat di penjuru kota ini tetapi mereka tak sanggup membantu menyembuhkan sakit anakku. Aku sudah bingung harus mencari kemana lagi. Nah, kebetulan ataid ada temanku memberikan kabar bahwa putra tuan Gubernur, yakni AL Kindi memiliki ilmu dan kemampuan untuk menyembuhkan penyakit ankku. Maka dari itu, tolong hamba, tuan!” pinta pria itu.
“Hmm, tampaknya seperti itu, ya”
“Ayah, aku ingin membantu anak dari orangtua ini. Sepertinya memang penyakitnya sangat ganas. Aku ingin membantunya, yah” jelasku.
“Jika itu kemauanmu. Maka pergilah bersama orangtua ini anakku”
“Terimakasih, tuan Al Kindi” sambil memeluk Al kindi.
Kami pun segera berangkat menuju tempat tinggalnya. Dengan jarak yang cukup dekat, aku tak perlu menunggangi seekor unta. Kami pun berjalan kaki.
“Ayo segera saja. Mari kita berlari!” ujraku
“Ayo, mari tuan!”
Berlarilah kami ke tempat tujuan. Sesampai disana aku disuguhi suasana yang sungguh mencemaskan. AKu melihat sesosok tubuh kecil  sedang terbaring lemah di atas dipan. Dengan rasa iba, aku pun mengajak anak tersebut untuk bermain sejenak.
“Assalamualaikum, namanya siapa?” tanyaku
“Hasyim”
“Hasim sedang apa? boleh aku temani?” rayuku dengan ikhlas
“Hasyim sedang istirahat, Tuan!” jawab hasyim lemas
Sang ayah segera mengambil segelas air minum untukku. AKu pun mengeluarkan beberapa ramuan obat hasil penelitian. Tentu ramuan untuk menyembuhkan penyakit kelumpuhan.
“Pak, aku punya beberapa ramuan hasil penelitianku. Semoga dengan ini anak bapak bisa disembuhkan tentu atas izin Allah. Aku disini hanya sebagai perantara. Semoga anak bapak bisa kembali bermain dan membantu bapak jika dalam kesusahan.”
“Sialakan dicoba saja, terserah tuan saja. Bapak kurang begitu mengerti denganhal semacam ini. Yang bapak harapkan sekarang adalah kesembuhan anakku”
“Aku mengerti, pak. Sekarang bapak bisa beristirahat saja dulu di kursi. Biarkan aku mencoba mengobatinya dengan ramuan ini.” Pintaku.
Aku langsung mengambil posisi untuk mengolesi bagian kaki anak tersebut. Sementara sang ayah menunggu dan berdoa sambil beristirahat di atas kursi. Perlahan-lahan aku merayu anak tersebut agar mau dan menuruti perintahku. Ramuan yang aku gunakan inimerupakan campuran beberapa zat kimia yang telah teruji dan bagus untuk mengatasi penyakit lumpuh.
Proses pengobatan berjalan 2 jam. Hingga akhirnya waktu pun selesai. Aku segera kmebali ke istana untuk beristirahat. Aku pamit kepada sang ayah dan juga Hasyim.
Beberapa hari kemudian. Kabar gembira datang dari orangtua sang anak. Beliau mengabarkan bahwa sang anak kini sudah mampu berjalan, walaupun masih agak kaku.
“Tuan Al Kindi, terimakasih. Anakku sekarang sudah mulai membaik. Dia sudah bisa berjalan walaupun pelan-pelan. “ ujar sang orangtua
“Alhamdulillah, berterimakasihlah pada Allah. Atas pertolongannya akhirnya ank bapak bisa kembali berjalan seperti biasa. Aku sangat senang mendengar itu semua, pak”
Sambil berdiri di depan gerbang istana, sang ayah tiba-tiba datang dan menghampiriku.
“Al Kindi, anakku. Bagus!” ***
(didongengkan saat mentoring perdana semester 58 PAS-ITB bersama kak Sisit, kak Dinar, dan kak Zen di taman Ganesha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar