oleh Rizki Zakaria
Ada sebuah
makhluk yang membuatku tertarik. Makhluk tersebut sering diumbar-umbar di
sebuah perkuliahan cantik dan menarik. Setiap kamis pagi aku selalu menantikan
makhluk itu. Berbagai wajah manusia yang hadir di kelas sering menantikan hal
yang sama. Tibalah waktunya seorang guru besar perutnya datang dan masuk ke
dalam kelas. Guru berperut besar itu membawa makhluk yang aku sebutkan tadi.
Ya. Makhluk itu sangat menarik ketika si guru berperut besar mampu
menampilkannya dengan begitu cantik dan menarik. Tentu pengalaman sang guru
menjadi hal yang penting. Aku pun menanggapinya dengan senang dan tenang.
Mataku yang tadi sempat mengantuk akhirnya harus kembali membukakan kelopak
mata ini. Waw.
“Inilah
keajaiban makhluk abstrak!” sahut sang guru. Aku pun menyetujui pendapatnya.
Makhluk ini begitu menarik sekali sepertinya. Memang pada kenyataannya setiap
manusia tentu bakal berhadapan dengan yang namanya bahasa. Ya, makhluk tersebut
merupakan umat bahasa. Makhluk ini dapat dilihat dengan cara yang sangat mudah.
Mempelajarinya pun begitu mudah.
Sang guru
berkata, “Morris seorang linguis. Dia mengemukakan bahwa ada tiga jenis makhluk
yang berada di lingkungan bahasa. Makhluk yang pertama bernama Sintaksis
(syntax), yang kedua bernama makhluk semantik (semantics), dan yang terakhir
adalah makhluk pragmatik (pragmatics)”
Aku pun
tertegun mendengar sang guru memaparkan ceritanya. Waw. Sang guru pun berkata,
bahwa hari ini dan selanjutnya dia akan memperkenalkan makhluk yang bernama
pragmatik. Huh, aku pun semakin tertegun, ingus yang berbentuk telur di dalam
hidung akhirnya pecah. Bersamaan dengan pecahnya doktrin pribadi yang
menganggap bahasa itu ajeg dan berstruktur alias harus baku.
Nah,
pragmatik menurut guru tersebut adalah makhluk yang berperawakan tinggi, molek,
dan cantik. Siapapun pasti akan tertarik dengan kecantikannya. Selain cantik
dia juga begitu supel.
Makhluk
bernama pragmatik kembali digambarkan oleh sang guru. Sang guru bersabda,
“mengenal sosok pragmatik maka kalian harus membawa diri kalian ke dalam sebuah
dunia yang tidak biasa. Alias dunia nyata. Jadikan sebuah perbedaan tafsir
terhadap makhluk ini menjadi sebuah kebijaksanaan. Jadi, tidak semata-mata kita
melihat sesuatu – dalam hal ini bahasa – itu dilihat dari benar atau salah. Oh,
iya. Pragmatik memiliki ciri-cirinya. Ciri-cirinya antara lain, penyampai pesan
(speaker), tuturan (utterance), penerima pesan (hearer), dan lingkungan
(context).
Nah
kira-kira seperti itu untuk dapat mengenali makhluk yang bernama pragmatik.
Selanjutnya akan aku lanjutkan di tulisan selanjutnya. Selamat menikmati cerita
tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar