Jumat, 15 Februari 2013

Catatan Acara Besar Hari Ini


“Yuk ah Main lagi!” ujar seorang adik.
“Para…Bola!”                                                       
“Ketoprak… ya… e!” teriak adik dan kakak-kakak.
Kenal dengan kalimat-kalimat di atas? Atau baru dengar? Ya. Tiga kalimat di atas adalah jargon sebuah acara yang dinamakan sanlat PAS ITB. Tepatnya acara rutin tahunan. Jargon tadi digunakan pada kegiatan yang berawal dari tiga tahun lalu secara berurutan, mulai dari Jumanji, Parabola, dan Ketoprak.
Kali ini penulis akan berbicara mengenai kedudukan sebuah acara insidental di kegiatan Pembinaan Anak-anak Salman ITB. Kegiatan tersebut ialah acara besar. Sudah barang tentu kakak-adik PAS ITB yang telah berpengalaman memiliki wawasan lebih mengenai kegiatan yang diadakan hampir rutin setiap tahunnya itu. Sesuai dengan kegiatannya, acara besar, acara ini bukan saja menyajikan mentoring yang tidak biasa tetapi sebagai ajang pembinaan adik(terutama) dalam mengisi waktu liburan sekolah. Saking besarnya, acara ini melibatkan hampir seluruh anggota pembina PAS ITB baik ranah Lembaga Tinggi hingga Staff divisi. Tidak tanggung-tanggung, acara besar ini melibatkan anak-anak lintas daerah, baik itu berdomisili Bandung, Bogor, Jakarta, hingga Papua (mungkin pernah). Itulah acara besar, kegiatan yang mengahabiskan waktu kurang lebih 5-6 hari untuk sebuah kegiatan dengan model pesantren kilat. Ya, acara besar akan selalu dinanti adik maupun kakak karena disitu merupakan salahsatu pengalaman yang akan mengesankan siapapun pelaku dalam kegiatan tersebut.
Menilik asal-usul pesantren kilat atau yang disebut acara besar. Pengembangan atau riset menurut persepsi penulis ialah berusaha menjadikan aspek historis sebagai titik tolak untuk melakukan pengembangan, terutama ilmu. Hingga pada akhirnya kita mengenal yang namanya teknologi. Pengembangan yang penulis maksudkan adalah berusaha mencari aspek sejarah pada hal yang ingin pengembang lakukan demi tercipta sebuah perubahan, bisa dikatakan inovasi.
Sejarah Acara Besar versi Penulis
Kali ini penulis berbicara ihwal acara besar. Acara besar jika dilihat dari sejarahnya, (sesuai dengan temuan yang penulis dapatkan dari beberapa kunjungan alumni) ialah kegiatan pesantren kilat pada umumnya. Awal diadakannya kegiatan pesantren kilat (sanlat) ini berlandaskan pada sikap generalisasi umat pada masanya. Masa itu pesantren kilat memiliki nilai lebih dalam upaya pembinaan anak-anak. Selain itu juga, sanlat bisa dikatakan sebuah oase di tengah era berkembangnya pemikiran-pemikiran Islam yang modern. Bukan hanya dalam bidang pemikiran, saat itu dunia sastra ada pada periodisasi religiositas nilai. Jadi sangat jelaslah, kegiatan sanlat sangat berguna dan bermanfaat di tengah arus perkembangan zaman.
Berjalanlah beberapa tahun, sanlat berkembang menjadi sebuah sosok kegiatan yang besar dan meriah. Tak tanggung-tanggung kegiatannya pun pernah di suatu saat sanlat ini diadakan di pulau Borneo, tepatnya di Kalimantan Timur. Alangkah besarnya kegiatan sanlat pada masa itu. Penulis akhirnya menyadari akan pentingnya nilai sebuah kegiatan pada suatu zaman.
Masuk pada era 90an. Era inilah PAS ITB berada pada masa kejayaan (menurut penulis). Menurut wawasan dan interpretasi penulis, pada masa semester 18 ke atas (kurang lebih tahun 1994 ke atas) PAS ITB berada dalam sebuah kondisi megah dan menakjubkan. Saat itu pula terjadi pergeseran bentuk sebuah kegiatan. Sanlat yang telah beberapa tahun merajai era 80an hingga 90an awal. Pada era pertengahan mengalami pergeseran bentuk. Pergeseran bentuk inilah yang menjadikan PAS ITB seakan-akan pandai beradaptasi dengan situasi sosial pada suatu zaman. Sanlat yang digadang-gadang bakalan sukses dan merajai mulai mengalami perubahan. Pada masa itu kegiatan sanlat sudah begitu menjamur secara nasional (terutama di bandung), bersamaan dengan lahirnya Iqra yang diprakarsai As’ad Umam. 
Inovasi menjadi Pilihan
Akhirnya, terjadilah ide perubahan bentuk kegiatan sanlat yang tak biasa. Lahirlah sebuah inovasi baru demi mewujudkan kegiatan besar PAS ITB yang berbeda daripada kegiatan-kegiatan lain yang diadakan di Taman pengajian Alquran, terutama di Bandung. Lahirlah sebuah kegiatan sanlat dengan sedikit perubahan konsep dan nama, yakni Pesantren Alam (Salam). Menurut seorang saksi sejarah, Kak Iksan, sebenarnya Salam ini tidak disetujui oleh gegedug PAS saat itu. Sehingga kegiatan pesantren kilat tetap dilaksanakan di sebuah pesantren atau madrasah dengan konsep pesantren. Adapun, kegiatan mentoringlah yang menjadi daya tarik PAS saat itu dengan berbagai macam kegiatan inovatif dan kreatif. Mentoring yang berbeda dengan model pengajian dimanapun. Dari situlah daya tarik kegiatan PAS ini lahir, ya untuk mengambil daya tarik adik untuk mentoring.
Nasib sanlat masih tetap sama. Sanlat tetap berjalan dengan begitu adanya. Sampai terakhir kegiatan sanlat yakni sanlat 25, Ketoprak. Konsep pesantren kilat masih tetap digunakan. Beberapa tahun belakangan ini memang terlihat jelas perbedaan yang cukup signifikan walaupun tetap saja masih menggunakan pesantren sebagai tempat sebuah kegiatan (dengan berbagai pertimbangan). Lagi-lagi, di era modern ini, bentuk kegiatan harus disesuaikan dengan keadaan demi terciptanya harmonisasi adaptatif. Kegiatan memang berbentuk pesantren kilat, hanya saja kemasan kegiatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan zaman, terkait adik sebagai seorang pelaku kegiatan. Dengan relasi pengetahuan manusia yang telah berkembang pesat, nilai sebuah kegiatan haruslah berada dalam kesetaraan atau lebih dengan relasi pengetahuan adik yang mungkin cukup luas. Menurut penulis, kedudukan pesantren di era ini seperti kembali berada di era 80an, ketika pesantren kilat menjadi sebuah pionir kegiatan pembinaan keagamaan yang keren dan terbarukan. Dewasa ini kegiatan pesantren harus berada dalam ranah teoretis dan praktik yang bersifat aplikatif. Mengapa demikian, agar kegiatan menjadi lebih bermakna dalam hal tujuan pembinaan.   
   
Refleksi Pikiran
Pada intinya, penulis mencoba memberikan pandangan terkait wawasan mengenai acara besar. Acara besar tentu akan melibatkan besarnya jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan. Selain itu, hal esensial yang ingin disampaikan penulis terkait sikap adaptatif sebuah kegiatan pada suatu masa. Kegiatan memiliki bentuk dan nilai yang disesuaikan dengan kondisi sosial pada masanya. Prinsip inovasi akan terus berjalan dan berkembang jika mengikuti landasan yang tadi. Karena kita lahir di masa ini, maka lakukanlah dengan memperhitungkan kondisi dan situasi di masa ini. Jika penulis tak  salah, salahsatu landasan membina dan sering menjadi quotes di PAS ITB ini yakni ucapan Khalifah Ali yang berbunyi, “didiklah anakmu sesuai dengan zamannya”. Jadi disini jelaslah, bahwa prinsip fleksibelitas menjadi hal yang wajar dalam menggelar sebuah kegiatan, baik itu rutin atau tidak rutin. Keajegan dalam bertindak menjadi hal yang sifatnya in the box, tidak bersifat out of the box. Tentu kan prinsip inovasi mempertimbangkan aspek historis sebagai bahan pijakannya. Kenal ketapel? Dalam konteks ini, sebelum berinovasi maka perhatikanlah hal di belakangnya (sejarahnya). Jadi acara besar itu apanya yang mau dibesarkan?***

Rizki Zakaria, kakak Pembina PAS ITB semester 55 dengan nama panggilan kak Jack. Sangat suka sekali mentoring di kelompok SD kelas 1-2. Malas menulis kalau disuruh. Kali ini ditunjuk sebagai ketua pelaksana acara besar di tahun 2013. Catatan sejarah saya mengenai PAS ITB belum seutuhnya teruji validitasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar