oleh Rizki Zakaria
Hari sudah malam, tinggal aku
tertidur untuk melemaskan jiwa raga yang telah lelah menempa diri tadi siang.
Jam telah menunjukkan pukul delapan malam. Makan menjadi sasaran utamaku kali
ini, sejenak untuk menghilangkan rasa lelah yang tadi hinggap. Aku masih
melihat kesibukan di rumah ini. Rumah yang setiap hari mencemaskan diriku,
termasuk penghuninya.
Sengaja aku tatap televisi
bersama adik mengejawantahkan cerita-cerita yang disajikan. Lucu. Cuma itu saja
yang adikku inginkan. Yah, memang betul. Hanyalah kesenangan yang tumbuh dan
dibuthkan untuk seorang anak kecil berusia sepuluh tahun. Dalam tahap
perkembangan menuju pubertas. Adikku masih setia dengan tatapannya yang tajam
menusukkan mata yang setiap kali dikeluhkan orangtua.
Orangtuaku kini telah lelah.
Mereka baru saja pulang dari pasar untuk sekedar membelanjakan uang. Menanti
hari eok untuk kembali berjuang dengan keramaiannya. Di pasar tempat mereka
mencari keberkahan dari sebuah rizki. Aku ingin seali memberikan yang terbaik
untuk usaha dan kerja keras mereka berdua. Tetapi yang aku rasakan kini
hanyalah kekesalana yang diterima mereka.
Sudahlah, setiap kali aku
menceritakan kisah dan hubungan ini ada rasa yang tak bisa aku sampaikan dengan
huruf-huruf bersatu. Aku tak sanggup bila terus menyerukan kisah-kisah ini
kepada kalian.
Suasana kemudian hening.
Aktifitas berhenti bersamaan dengan detak jam yang terus memalamkan keadaan.
Begitupun bulan yang bersinar di malam yang semakin larut.
Suara dari arah depan
mengagetkanku. Suara itu bersumber dari seseorang yang hendak datang ke arahku.
Beliau Bibiku, berjalan dengan santai layaknya seorang guru. Benar sekali. Ada
hal yang tak biasa kali ini. Beliau membawa sebuah barang hitam yang tak biasa.
Laptop dipegang dengan santai. Beliau berkata dan memberikan laptopnya
kepadaku. Aku menjadi ingat dengan tugas-tugasku untuk membantu beliau dalam
mengerjakan administrasi sekolah. Hmm.
“Beli laptop, bi imas?” sahutku.
“Iya, ki. Ini soalna mau PLPG
jadi harus beli laptop. Guru-guru harus punya laptop kalau mau disertifikasi.”
Jawabnya polos.
Mendengar penjelasan singkat itu
aku kemudian berdiam sejenak. Entahlah apa yang “mereka” pikirkan terhadap
bibiku (yang lainnya pun).
Kisah ini berakhir dengan tanda
tanya yang lumayan besar.
12 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar